Kelahiran Jazz
Para ahli penyidik sejarah musik secara umum memang sepakat, bahwa tahun 1917 dianggap sebagai tahun kelahiran musik jazz. Pasalnya sederhana. Itulah untuk pertama kali kata JAZZ dilabelkan di selebaran-selebaran acara, siar pertunjukan, dan rekaman musik. Lalu karena listrik juga belum lama byar, temuan mesin-mesin baru seperti auto-mobil (1877) sedang thok-cer, dan yang terpenting gramaphon (1887) dan radio (1902) sedang ngetrend, maka tak pelak lagi wabah jazz menyebar luas kemana-mana. Mirip seperti zaman sekarang. Yakni ketika segala macam bentuk musik pop-rock, elektronik dan komputer mengakomodasikan diri ke dalam segala macam penyakit zaman, film, tv, video, kaset, CD, komputer dan macam-macam alat sambung rasa digital-elektronik lainnya yang sedang berkuasa. Kata Marshall McLaughan, alat itu menentukan pesan. Musik lantas menjadi alat komunitas informasi sosial masyarakat industri yang serba konformistis, tidak seperti zaman keemasan budaya musik klasik dan romantik Eropa sebelumnya. Seniman dianggap insan unggulan. Petentang-petenteng di atas pentas menuruti citranya sendiri. Masyarakat yang tak ngerti dicap bego dan dianggap tak paham kebudayaan. Dapat dipahami bila musik jazz kemudian dipercaya dapat memberi rasa baru kebebasan. Mottonya sejak awal memang kebebasan dan pembebasan. Jazz untuk semua dan semua untuk jazz! Tapi jangan salah paham. Jazz itu yang pertama-tama adalah gerakan seni untuk hidup bagi orang-orang yang terlantar, tertindas dan terlupakan. Makanya jazz selalu saja menarik simpati dan dipihaki banyak orang. Jazz merupakan musik yang memberi energi baru untuk tetap hidup dan eksis. "Jazz membangun kepekaan kita akan seluruh kesemestaan hidup", kata Alvin L Kershaw, seorang komentator tv kenamaan (Marshall W. Stearns, The story of Jazz, Oxford UP: 1970). Jazz itu berwatak spontan. Anti-mapan dan selalu mencari jalan keluar. Improvisasi adalah kiat utamanya. Makanya jazz selalu terbuka terhadap perubahan dan masukan. Main jazz itu seperti main bola sepak. Kalau Anda tidak bebas dan tertekan, Anda sulit bisa menyepak-nyepak bola. Jazz juga begitu. "Harus punya spirit untuk memenangi kehidupan dan bukan menjadi pecundang yang degradatif", kata saxophonis Archie Shepp. Masalahnya, seperti dalam permainan bola sepak, bukan hanya sistem, penguasaan teknik, latihan dan kebersamaan kolektif saja yang penting. Kebebasan berkemandirian untuk menentukan pilihan jalan keluar buat memilih keputusan dalam berpikir dan bertindak itu secara fundamental sangat penting dan perlu dalam permainan jazz maupun bola. Itulah yang dipercaya sebagai prinsip seni berimprovisasi (yang bertanggung jawab). Tanpa itu Anda tidak bisa membuat "goal", dan kalah melulu. Seluruh sistem, latihan, pengetahuan, kolektivitas perjuangan apa pun lantas akan jadi sia-sia dibuatnya. Bahkan, kebebasan dalam kemandirian itulah yang sebenarnya menjadi sistem utama (improvisasi) dari "sistem" seni musik jazz. Hubungan antara seni improvisasi yang menjadi roh dalam musik jazz itu dapat diibaratkan bagai hak asasi manusia dalam demokrasi. Bisakah kita bermain demo..., eh jazz? Tengoklah dulu cara permainan "improvisasi"mu!